Raja Kecik Sultan Siak
Asal Usul
Raja Kecil adalah gelar karena semasih kecil sudah menjadi raja. Raja Kecil adalah keturunan sah dari Sultan Mahmud (Kesultanan Johor) yang dibunuh sepulang sholat Jumat oleh Datuk Bendahara Kesultanan Johor. Beliau kemudian diungsikan ke Pagaruyung dengan diantar oleh para panglima dan datuk. Raja Pagaruyung kemudian mengasuh beliau sampai dewasa, kemudian Raja Kecil pun pulang menuntut balas. Datuk Bendahara yang memegang tampuk kekuasaan di Johor pun kalah dalam pertempuran sengit dengan Raja Kecil. Kemudian Datuk Bendahara meminta ampun dan memohon agar tidak dibunuh. Hal tersebut dipenuhi oleh Raja Kecil. Bahkan Datuk Bendahara dikembalikan ke posisi jabatannya semula.Merebut Kesultanan Johor
Sewaktu pemerintahan Sultan Abdul Jalil IV, keadaan agak kacau kerana pembesar-pembesar Kesultanan Johor bersikap tamak, khianat dan cemburu. Hal ini memberi peluang kepada Raja Kecil untuk menyerang Johor. Pada tahun 1717, Raja Kecil dan pasukan dari Siak yang terdiri dari petualang-petualang Minangkabau menyerang Johor. Pada 21 Maret 1718, Raja Kecil menawan Panchor. Raja Kecil mengangkat sendiri dirinya sebagai Yang Dipertuan Johor dan bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah. Walaupun begitu, beliau masih mengijinkan Sultan Abdul Jalil IV menetap di Johor dengan jabatan sebagai bendahara tanpa memiliki kekuasaan. Kemenangan Raja Kecil berkat bantuan pembesar Johor sendiri yang meyakini bahwa Raja Kecil adalah pewaris sultan.Pada tahun 1719, kudeta terhadap Sultan Abdul Jalil IV dan anaknya Raja Sulaiman dan Tun Abas yang bermarkas di Seluyut gagal. Dengan kejadian itu, Sultan Abdul Jalil IV lari ke Kuala Pahang. Raja Kecil memerintahkan Laksamana Nakhoda Sekam pergi ke Kuala Pahang untuk membunuh Sultan Abdul Jalil IV. Raja Sulaiman dan Tun Abas dibawa ke Riau tetapi Raja Sulaiman dan Tun Abas tidak mau tunduk kepada Raja Kecil dan meminta bantuan dari Lima Bersaudara asal Bugis. Lima Bersaudara berhasil mengalahkan Raja Kecil dan mengusirnya kembali ke Siak.
Kerajaan Siak
Abdul Jalil Rahmad Syah membangun kerajaannya dengan baik. Hubungan perdagangan diatur, sehingga negeri yang baru itu berkembang dengan cepat dan dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Pesisir Timur Sumatera. Pengalaman beliau yang didik di Kerajaan Pagaruyung, kemudian menjadi Sultan Johor dan Lingga, beliau pergunakan untuk landasan kekuasaanya di Buantan. Tata pemerintahan dan tata adat disusun menurut dasar-dasar tata kerajaan Melayu Johor, yaitu :- Lambang kerajaan
- Orang Besar Kerajaan
- Balai Penghadapan
- Pemakaian gelar
- Upacara Kerajaan
Di akhir hayatnya, meletuslah perang saudara yang mana kedua-dua puteranya berselisih paham. Hal ini menyebabkan Tengku Alam Yang Di Pertuan Muda meninggalkan Buantan. Akhirnya, sultan ini mangkat pada tahun 1746 M dan di gelar Marhum Buantan.